Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.
Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008, ICS 91.100.30 dan PBBI 1971 N.I.-2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.
Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan :
Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)
Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
Kemampuan alir beton segar (flowability)
Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah dengan alat angkut (mobility)
Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis (plasticity)
Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk menjaga kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual beton, jenis dan sifat keruntuhan pada saat pengujian slump dilakukan.
Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas beton segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih layak dipakai atau tidak.
Besar penurunan permukaan beton segar diukur, dan disebut nilai 'slump'. Makin besar nilai slump, maka beton segar makin encer dan ini berarti semakin mudah untuk dikerjakan.
Penetapan nilai slump dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
Cara pengangkutan adukan beton.
Cara penuangan adukan beton.
Cara pemadatan beton segar.
Jenis struktur yang dibuat.
Cara pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa dengan tekanan membutuhkan nilai slump yang besar, adapun pemadatan adukan dengan alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang sedikit lebih kecil.
Sebagai petunjuk awal penetapan nilai slump, dapat mengacu pada tabel penetapan nilai slump adukan beton berikut :
Tabel Nilai Slump 4.4.1 (PBBI 1971 N.I.-2)
Namun standar setiap negara kadang berbeda. Berdasarkan ACI Commitee 2011 :
Tabel Nilai Slump Berdasarkan ACI
SNI 1972:2008 tidak memberikan acuan nilai slump – karena SNI ini merupakan panduan cara pengujian slump.
BAHAN:
Beton Segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.
PERALATAN:
Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm.
Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.
Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas
Sendok adukan
Pita Ukur
TAHAPAN UJI SLUMP:
Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basa
Letakkan cetakan di atas plat
Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.
Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4
Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.
Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas
Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm
Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan
Proses Pemadatan Beton
Proses Pengangkatan Kerucut
Mengukur Tinggi Slump
PERHITUNGAN NILAI SLUMP
Nilai Slump = Tinggi cetakan - Tinggi rata-rata benda uji
Bentuk Slump akan berbeda sesuai dengan kadar airnya.
Gambar : Collapse / runtuh Slump
Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam cetakan runtuh sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran yang workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk lokasi pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,
Gambar 2 : Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.
Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.
Perbedaan antara PBI 1971 N.I.-2 dan SNI 1972:2008 pada keruntuhan slump :
PBI 1971 N.I.-2 mengijinkan slump geser dan diukur rata-rata seberti gambar b di atas
SNI 1972:2008 menggolongkan slump geser sebagai keruntuhan yang tidak diijinkan (karena mengindikasikan kurangnya plastisitas beton atau kurangnya kohesi adukan pasta semen/mortar untuk mengikat beton)
Simak contoh video uji slump berikut ini:
Comments